Melatar belakangi ; sebuah “kantung budaya” dengan nama ‘komunitas kreatif Cikancung’ menjadi bentuk yang di olah sedemikian rupa melalui perubahan dan pematangan, dilahirkanlah sebentuk ruang kreatifitas yang dimotori pemikiran generasi negeri dengan nama, “Waditra”.
Awal pemikiran dasar pembentukan ;
Nusantara sebagai ruang yang sangat global, menumbuhkan beraneka ragam pemikiran yang melahirkan cara kemudian menjadi budaya. Pola ini tak bisa kita hindari, bergulir dari masa ke masa. Begitulah proses hidup.
Dari proses tersebut muncul sub-budaya yang menjadi bahan penting bagi perjalanan hidup, yaitu seni tradisi.
Dari ujung ke ujung tanah negeri ini, siapa yang memungkiri bahwa tanah kita kaya akan kesenian, semua mengakuinya, ‘bahwa negeri ini kaya akan budaya, dan setiap jengkal karya ini perlu dilestarikan’.
Salah satu karya besar, Sunda sebagai territorial kecil negeri menyimpan aneka bentuk karya seni, baik yang bersifat visual maupun non-visual. Dari hari ke hari masyarakat menyadari bahwa sangatlah penting memahami seni, dalam arti mengetahui dan mengenali kekayaan seni tanahnya.Tetapi pemahaman tersebut tak dapat terwujud secara nyata karena pemikiran kita tak dapat membendung budaya asing yang bergulir dengan dahsyat. Televisi, radio dan lain sebagainya, membentuk pola hidup kita, membangun jembatan kokoh yang kerap berpihak pada budaya asing, dengan mendonorkan pemikiran asing melalui badannya, sementara budaya yang melahirkan tubuh kita perlahan dilupakan.
Masyarakat semakin smart, golongan-golongan pemikir tumbuh.
Komunitas-komunitas yang dimotori bagian kecil masyarakat terbentuk. Contoh logis : berangkat dari keingintahuan seperti melahirkan penggiat-penggiat kesenian dan kerajinan tradisi, atau komponen-komponen alit yang mencoba menggali kembali bangunan budayanya sendiri. Tetapi komponen-komponen ini akan senantiasa pudar kembali, jika aspek pendorong untuk memperkuat bangunannya, tak kuat melawan arus asing yang solid bersama pendukungnya.
Oleh sebab itu untuk memperkuat bangunan budaya kita sendiri, yang terdiri atas komponen-komponen kecil “sanggar-sanggar tradisi/komunitas-komunitas budaya” perlu dibentuk wadah yang berskala besar dan solid dalam rangka menjadi penguat bangunan budaya tersebut.
Fakta mengatakan ; banyak sanggar tradisi lenyap begitu pun bentuk karya tingginya yang mengakar terhadap negeri ikut menghilang. Karena apa? Karena memang tak ada ruang yang memfasilitasinya untuk berkembang. Karya tradisi dianggap tak bisa lagi memenhi sifat sebagai media penghibur bagi masyarakat, kuno! Ungkap mereka. Padahal jika dikaji lebih dalam lagi, betapa besar manfaatnya bagi kehidupan di negeri ini.
Betapa pentingnya mengenal budaya sendiri bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, harus kita tanamkan serta tumbuhkan kembali di negeri ini.
Berangkat dari pemikiran tersebut, waditra hadir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar